Dedy Mardiansyah Sukaraja Potret Persatuan, Pembang gunan (Bagian 1)

Lintassamudranews.com, OKU Timur -Tokoh aktivis muda di OKU Timur satu ini mungkin boleh dibilang unik. Sosok ini termasuk yang tanpa malu-malu mengangkat Komering sebagai tema gerakan politiknya. Selain itu, sosok ini juga berasal dari keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Huda (PPNH) Sukaraja. Pesantren yang menjadi kontak elit NU OKU Timur dan juga Sumsel.

Dedy Mardiansyah, begitu nama alumni Magister PAI UIN Raden Fatah Palembang ini. Ayah 5 putera ini mengakui bahwa memang merasa terpanggil menjadi kontak keberlanjutan pembangunan Komering melalui pesantren sebab dirinya santri Nurul Huda.

“Ya, sejak diminta kembali ke Nurul Huda tahun 2007 lalu oleh istri, sejak itulah Saya mulai betul-betul sadar bahwa kordinat pembangunan baik OKUT maupun Sumsel itu ada di NH,” ungkap suami Lalilatul Fitriyah, SS., M.Pd., (puteri sulung KH. Affandi, BA., Pendiri PPNH Sukaraja dan Rois Syuriyah PWNU Sumsel) ini.

Dedy mengakui bahwa sebelumnya, sejak mondok di Sukaraja tahun 1995-1998, dirinya memang sudah terkonfirmasi perihal peran para sesepuh NH dan jaringannya. “Mulai ngeh cutik-cutik. Sebab masih belajar bahasa Arab sekaligus bahasa Jawa plus bahasa Komering. Maklum, Saya, kan, Melayu Bengkulu plus Minang yang kelahiran Rejang Lebong,” papar Ketua DPD KNPI OKU Timur yang pernah memimpin istighotsah untuk keamanan di Mapolres OKU Timur pada tahun 2013 ini.

Dedy menambahkan bahwa NH memang merupakan kontak strategis pembangunan OKUT dan Sumsel. Bahkan mulai dari Sukaraja sebagai desa tempat NH tumbuh dan berkembang. Merupakan kontak strategis hubungan elit pribumi Komering dan elit pendatang Jawa.

Bahwa Kria Muhammad Daud, lanjutnya, yang berinisiatif mengembangkan wilayah Sukaraja dengan lokalisasi pemukiman pendatang Jawa. Rombongan pendatang Jawa angkatan pertamanya itu terdapat pula Kiai Rubian yang memimpin warganya dengan penghormatan penuh kepada warga pribumi Komering.

“Kerukunan sebagai modal sosial utama pembangunan dan pengembangan Sukaraja. Sejak dibuka tahun 1959 lokalisasi hingga kini tahun 2023 menjadi desa mandiri telah berusia 64 tahun. MI sejak berdiri dengan nama Madrasah Miftahul Huda tahun 1964 hingga kini menjadi MINH telah berusia 59 tahun,” tegasnya.

Begitu juga saat KH. Affandi mendirikan NH pada bulan September ini di tahun 1980. Meski Beliau mungkin saja dengan sendirinya mengajar 14 orang santrinya yang mengikutinya hijrah dari Trimoharjo ke Sukaraja.
Tapi Beliau mengajak Ustadz Wasiman, salah satu tokoh Sukaraja, untuk mengajar PMP dan Bahasa Inggris untuk para santrinya itu di Masjid Sukaraja. Hingga kemudian mendirikan Madrasah Tsanawiyah NH pada tahun 1982. Sementara tokoh Sukaraja lain yang paling banyak membantu KH. Affandi kala itu adalah Kiai Aly Hakim.

“Begitupun pada tahun 1986, NH sudah akan mendirikan Madrasah Aliyah. KH. Affandi meminta KH. Sholeh Hasan untuk bergabung di NH dengan menjadi Kepala MANH. KH. Sholeh Hasan pun bergabung di NH hingga KH. Affandi pun menunjuk Beliau juga sebagai Pimpinan NH. Hal seperti ini juga teladan persatuan berikutnya, kan,” tegas sosok yang pernah pula menjadi Wakil Ketua GP Ansor OKUT lagi.

Sosok mantan Sekum MUI OKUT ini juga menegaskan bahwa semenjak Abah Sholeh bergabung di NH, dinamika sosial di Sukaraja menjadi meningkat terutama di bidang sosial politik. Sebab Abah Sholeh sebelumnya bertugas di Pondok Pesantren Nurul Ilham Pulau Negara. Hal yang membuatnya bertemu dengan Ir. H. Syahrial Oesman yang kemudian menjadi Bupati OKU dan Gubernur Sumsel.

Ditambah pula status Abah Sholeh yang PNS, tentu menjadi penguat hubungan kedua tokoh tersebut. Tentu pula menjadikan NH sebagai terminal yang mempertemukan satu tokoh dengan tokoh lainnya. Abah Sholeh pun selain menjadi Rois PCNU OKU juga Ketua RMI Sumsel.

Beliau ikut mendirikan PKB di Sumsel, namun, karena status PNS-nya, nama Beliau tidak dimunculkan. Abah Sholeh juga sempat dicalonkan sebagai Anggota DPD-RI dari Dapil Sumsel. Tapi sayangnya, minim pengawasan. Suara Beliau yang cukup banyak dan berpotensi mendapatkan kursi jadi hilang begitu saja.

“Relasi Beliau dengan Pak Syahrial itu salah satu pendukungnya. Selain Beliau memang terkenal singa podium Sumsel dari NH atau Sukaraja. Tapi, karena tahun 2003-2005 itu juga beriringan dengan pemekaran OKU Timur dan OKU Selatan dari OKU, tentu fokus jadi terbagi,” terang Anggota Mabinda PMII Sumsel ini. (YOS ARMAN)

Penulis yosarman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *